Sanksi kepada Rusia terus bertambah buntut invasi militer ke Ukraina. Terbaru, pemerintah Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi baru untuk Rusia. Kali ini AS memblokir oligarki bisnis Rusia dan bisnis bisnis di lingkaran dalam Presiden Vladimir Putin, pada Kamis (3/3/2022).
Dengan kata lain orang orang dekat Putin kini menjadi sasaran Amerika. Yang menjadi sasaran sanksi baru ini diantaranya adalah Sekretaris Pers Rusia Dmitry Peskov dan Alisher Burhanovich Usmanov. Keduanya merupakan orang orang terkaya di Rusia dan merupakan sekutu dekat Putin.
Departemen Luar Negeri AS juga mengumumkan akan memberlakukan larangan visa pada 19 elite politik Rusia dan puluhan anggota keluarga dan rekan dekat mereka. "Tujuannya adalah untuk memaksimalkan dampak serangan ini pada Putin dan Rusia, serta meminimalkan kerugian pada kami dan sekutu kami, serta teman teman kami di seluruh dunia," kata Presiden AS Joe Biden seperti dikutip dari The Associated Press. Gedung Putih mengatakan oligarki Rusia dan puluhan anggota keluarga mereka akan terputus dari sistem keuangan AS.
Aset mereka di Amerika Serikat akan dibekukan dan properti mereka akan diblokir. Gedung Putih menggambarkan Peskov, juru bicara Kremlin, sebagai pelaku utama propaganda Putin. Selain itu properti Usmanov akan diblokir agar tidak digunakan di AS dan oleh warga Amerika.
Aset asetnya seperti superyacht yang terbesar di dunia akan dibekukan. Pihak AS juga mengincar jet pribadinya, yang merupakan salah satu pesawat milik pribadi terbesar di Rusia. Kapal superyacht Usmanov, yang dikenal sebagai Dilbar, diperkirakan bernilai antara $600 juta dan $735 juta, menurut Departemen Keuangan.
Kapal itu diberi nama seperti nama ibu Usmanov. Dilbar memiliki dua helipad dan kolam renang dalam ruangan terbesar di dunia yang dipasang di kapal pesiar. Kapal ini memakan biaya operasional sekitar $60 juta per tahun.
Sedangkan jet pribadi miliknya diyakini berbiaya operasional sekitar $350 juta hingga $500 juta. Jet ini sebelumnya disewakan untuk digunakan oleh presiden Uzbekistan. Nikolai Tokarev, seorang eksekutif minyak Transneft Arkady Rotenberg, salah satu pemilik perusahaan konstruksi terbesar untuk jaringan pipa gas dan jalur pasokan listrik di Rusia
Sergei Chemezov, mantan agen KGB yang telah lama dekat dengan Putin Igor Shuvalov, mantan wakil perdana menteri pertama dan ketua State Development Corp Yevgeniy Prigozhin, seorang pengusaha Rusia yang memiliki hubungan dekat dengan Putin.
Prigozhin, dijuluki sebagai 'koki Putin'. Dia termasuk sebagai salah satu orang yang ikut didakwa pada tahun 2018 oleh pemerintah AS. Pada tahun 2016 dia terlibat dalam upaya untuk mempengaruhi opini politik di Amerika dalam pemilihan presiden 2016.
Menurut dakwaan saat itu, Prigozhin dan perusahaannya memberikan dana yang signifikan kepada Internet Research Agency, sebuah kelompok yang berbasis di St. Petersburg. Perusahaan ini dituduh menggunakan media sosial untuk mempengaruhi opini masyarakat dalam pemilu AS 2016. Deputi Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan pada hari Kamis bahwa pemerintahan Biden akan terus menargetkan sanksi pada elit Rusia.
Dia mengatakan para elit sudah berusaha mengeluarkan uang mereka dari Rusia, karena ekonomi Rusia yang semakin menyusut. “Kami akan mempersulit mereka untuk menggunakan aset itu ke depan,” kata Adeyemo di sebuah acara yang diselenggarakan oleh The Washington Post. "Tujuan kami adalah menemukan uang mereka, membekukan dan menyitanya," kata dia menambahkan.
Sementara itu, orang orang kaya Rusia pendukung Presiden Vladimir Putin diyakini mulai kesal dan lelah menghadapi sang pemimpin. Apalagi mereka ikut terseret, ikut dirugikan oleh sanksi yang dijatuhkan sekutu Amerika kepada Rusia atas tindakan Putin yang perintahkan menyerang Ukraina. Selain itu, Rusia juga gagal memenuhi target untuk menyelesaikan serangan ke Ukraina untuk 72 jam ke depan, yang sebelumnya diharapkan bisa terjadi.
Menurut Analisis Pertahanan, Profesor Michael Clarke, hal itu membuat Putin berpeluang dikhianati atau banyak yang tak mempedulikannya lagi. “Banyak dari orang orang bekuasa di lingkaran terdalam Putin kini menghadapi penghinaan, dikucilkan dari panggung dunia dan kekayaan besar mereka dalam bahaya serius,” tulisnya di The Sun. “Setidaknya ada 200 oligarki yang menjadi kaya berkat Putin dan dari korupsi pendahulunya, tetapi mereka akan mulai mempertanyakan kesetiaan mereka,” tambahnya.
Clarke mengatakan para orang kaya ini mulai pergi meninggalkan Eropa jika kekayaan mereka akhirnya disita. “Mereka akan mulai berpikir apa gunanya kekayaan jika terperangkap seperti orang buangan di Rusia yang terisolasi dengan kota kota dunia seperti New York dan London,” tuturnya. “Terlarang dari perairan Mediterania, restoran berbintang Michelin dan juga meja judi di Monako,” lanjutnya.
Clarke pun menegaskan bahwa Putin saat ini seperti pemimpin Uni Sovyet, Joseph Stalin yang terputus karena rasa ketakutannya. Selain itu, ia menilai saat ini lingkatran terdalam Putin yang sebelumnya memiliki 20 penasihat, saat ini telah menurun menjadi tak lebih dari tiga atau empat. “Pikiran mereka mungkin berubah menjadi bisikan, lalu langsung merencanakannya, dan akhirnya menjadi tindakan,” tulisnya.
“Putin kemungkinan akan jatuh dengan skenario seperti Diktator Romawi, Julius Caesar di mana oligarki terdekatnya secara politik menusuknya dari belakang,” tambahnya. Sanksi telah diberikan oleh hampir semua negara besar di dunia, kepada sekutu serta teman terdekat Putin. Rusia sendiri dipercaya akan menghadapi resesi yang besar, dengan para ahli memperkirakan adanya 7 persen dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, daripada 2 persen pertumbuhan yang telah diprediksi tahun lalu.
Ditambah lagi perusahaan besar seperti Apple dan Google telah mundur dari pelayanan mereka di Rusia, Professor Clarke memperkirakan pengkhianatan terhadap Putin terjadi tak lama lagi. Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov menyamakan Amerika Serikat (AS) dengan Hitler dan Napoleon. Lavrov mengatakan AS mendikte Jerman apa yang baik untuk ketahanan energi Eropa.
"Dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan pipa itu (Nordstream 2) dan keamanan itu akan dijamin dengan pasokan dari AS, yang beberapa kali lebih mahal," tutur Lavrov sebagaimana dilansir Sky News, Kamis (3/3/2022). Lavrov menambahkan AS mencoba memaksakan pandangan mereka sendiri tentang masa depan Eropa. "Napoleon dan Hitler, mereka memiliki tujuan untuk menguasai seluruh Eropa. Sekarang AS telah menguasai Eropa," imbuh Lavrov.
"Dan kami melihat bahwa situasi ini benar benar menunjukkan peran apa yang dimainkan Uni Eropa dalam situasi global,"sambung Lavrov. Lavrov melanjutkan dengan berbicara tentang bagaimana dalam film ada kejahatan mutlak dan kebaikan mutlak dan mengatakan gambaran global berada dalam keadaan yang sama. Dia menambahkan bahwa dia yakin jika "histeria" akan berakhir.
Lavrov juga mengatakan bahwa Rusia akan duduk bersama Ukraina untuk berunding. "Tetapi hanya dengan satu syarat bahwa itu harus menjadi pihak yang setara yang bernegosiasi," ujar Lavrov.