Terus Digempur Rusia, Ukraina Akui Hanya Bisa Kendalikan Pinggiran Sievierodonetsk

Ukraina mengakui kewalahan menghadapi gempuran serdadu Rusia yang terus merangsek, sekarang pasukan Volodymyr Zelensky tersebut hanya bisa mengendalikan pinggiran Sievierodonetsk. Pasukan Ukraina semakin terdeak dan didorong keluar oleh pengeboman Rusia di kota garis depan timur Sievierodonetsk dan sekarang hanya menguasai pinggirannya, menurut gubernur Luhansk, Serhiy Haidai. Berbicara kepada outlet media RBC Ukraina, Haidai mengatakan tidak masuk akal bagi pasukan khusus Ukraina untuk tetap berada di dalam kota setelah Rusia mulai meratakan daerah itu dengan penembakan dan serangan udara.

Para pemimpin regional mengatakan pasukan Ukraina mungkin harus "mundur" ke posisi yang lebih aman di Sievierodonetsk di tengah pertempuran sengit di kota dan desa desa garis depan di selatan saat Rusia mengejar terobosan di Donbas. “Mustahil” untuk mengatakan bahwa Sievierodonetsk telah sepenuhnya direbut oleh pasukan Rusia, kata Haidai. Namun ia menambahkan sekarang pasukannya hanya menguasai pinggiran kota. “Tetapi pertempuran masih berlangsung, (pasukan) kami membela Sievierodonetsk, tidak mungkin untuk mengatakan bahwa Rusia sepenuhnya menguasai kota,” ujarnya.

Haidai sebelumnya bersikeras bahwa retret tidak direncanakan. “Jangan melahirkan pengkhianatan. Jangan merusak mood angkatan bersenjata! Tidak ada yang akan menyerahkan Sievierodonetsk!. Para pembela Ukraina akan berjuang untuk “setiap inci”. Menteri pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa angkatan bersenjatanya telah menduduki hampir semua provinsi Luhansk di Donbas, yang berfungsi sebagai pusat industri tambang dan pabrik batu bara di timur Ukraina. Kremlin telah mengumumkan kendali atas 97 persen Luhansk salah satu dari dua provinsi yang membentuk Donbas.

Analis militer dan pejabat Ukraina juga mengatakan bahwa pasukan Rusia sekarang menduduki setengah dari provinsi lain Donetsk. Namun, presiden Ukraina Volodymyr Zelenksy mengklaim kerusakan berat di Rusia karena dia mengatakan lebih dari 31.000 tentara Rusia tewas dalam invasi tersebut. “Sejak 24 Februari, Rusia telah membayar hampir 300 nyawa sehari untuk perang yang sama sekali tidak berguna melawan Ukraina. Dan masih akan tiba saatnya jumlah kerugian, bahkan untuk Rusia, akan melebihi batas yang diizinkan,” kata Zelensky pada Selasa malam.

Pada hari Selasa, pihak berwenang Rusia mengaku telah mengirim wajib militer ke Ukraina, setelah Vladimir Putin membantah wajib militer terjadi. Dalam konferensi persnya, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyatakan Severodonetsk, kota penting di wilayah Luhansk berada di bawah kendali Rusia. "Pemukiman di Kota Severodonetsk telah sepenuhnya dibebaskan," kata dia di depan awak pers, Selasa (7/6/2022), lapor Newsweek.

Dengan ini, menurut Shoigu 97 persen wilayah Republik Rakyat Luhansk telah dikuasai militernya. "Bagian penting dari Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (Donbas) di tepi kiri Severodonetsk, termasuk kota Krasny Liman dan Svyatohirs'k, serta 15 pemukiman lainnya," imbuhnya. Media Rusia TASS melaporkan, Shoigu juga menyebutkan wilayah Studenok, Yarovaya, Kirovsk, Yampol, dan Drobyshevo di antara daerah daerah berpenduduk terbesar yang telah dikuasai.

"Pasukan terus menempatkan zona industri dan daerah sekitarnya di bawah kendali mereka. Mereka mengembangkan serangan ke arah Popasnaya," ujar Menhan ini. Singkatnya, Menteri Shoigu mengklaim bahwa Moskow menguasai hampir semua Oblast Luhansk atau Provinsi Luhansk. Dilansir AP News, kini nampaknya Rusia menempati kira kira setengah dari Provinsi Donetsk, menurut pejabat Ukraina dan analis militer.

Rusia fokus melancarkan serangan di wilayah Donbas di Ukraina timur, setelah gagal menguasai kota kota di sekitar Ibu Kota Kyiv pada awal invasi. Presiden Vladimir Putin mencari kemenangan militer dengan mencoba merebut Luhansk dan Donetsk, yang secara kolektif disebut Donbas. Dua wilayah ini sebagian besar berada di bawah kendali kelompok separatis yang didukung Kremlin sejak 2014.

Pasukan Putin berusaha merebut Kota Severodonetsk dan Lysychansk, yang akan menjadikan Luhansk di bawah kendali Rusia. Menurut citra satelit terbaru dari Maxar Technologies pada Senin (6/6/2022), bagian Kota Rubizhne dan Severodonetsk di Ukraina timur menderita kehancuran signifikan. CNN melaporkan, pertempuran sengit dan konstan antara pasukan Ukraina dan Rusia berlangsung selama berminggu minggu di kedua kota tersebut.

Pasukan Ukraina di kota kota telah bertahan, meskipun ada pemboman intens oleh artileri Rusia. Pasukan Rusia terus mencoba untuk maju ke dan melewati dua kota utama di wilayah Donbas Ukraina. Sejumlah bangunan di Severodonetsk utara telah dihancurkan oleh serangan militer, berdasarkan gambar satelit.

Tepat di luar kota, gambar satelit menunjukkan beberapa sistem peluncuran roket Rusia mengarah ke kota. Tanda hangus di sekitar salah satu sistem adalah tanda bahwa roketnya telah menargetkan Severodonetsk. Artileri yang ditarik di dekatnya juga diarahkan ke kota. Pertempuran jalanan yang brutal berlanjut di timur Ukraina, khususnya di kota Severodonetsk dan Lysychansk di mana pasukan Ukraina berhasil merebut kembali beberapa wilayah dari pasukan Rusia.

Namun, Rusia masih memegang mayoritas Luhansk, karena mendorong tujuannya untuk mengendalikan seluruh wilayah Donbas timur. Menteri Luar Negeri Antony Blinken menuduh Rusia mengekspor kelaparan ke luar Ukraina, menunjuk pada blokadenya terhadap pelabuhan pelabuhan negara itu dan ekspor biji bijian yang vital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *